Senin, 22 Oktober 2007

KPPI di Lapangan Polda Naikoten I, Kupang, NTT, 15-17 Juni 2006

”Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya....” (II Korintus 2:14)

Kupang, kota yang memiliki slogan ”Kota Kasih” kembali mengalami lawatan Allah yang luar biasa melalui KPPI (Kebaktian Pujian dan Penyembuhan Ilahi) yang diadakan selama 3 hari berturut-turut, 15-17 Juni 2006, di lapangan Polda Naikoten I yang berkapasitas 20.000 orang. Selain itu juga diadakan Seminar ”Bring the Fire to the Nations” yang diperuntukkan bagi para Pendeta dan Hamba Tuhan pada tanggal 16-17Juni 2006. Roh Allah sedang melawat umat Tuhan di Kupang.

Awal Sebuah Pertempuran Rohani
Sebagian besar masyarakat Kupang adalah umat Kristen yang sangat memerlukan bukti dari kebesaran Allah di tengah-tengah berbagai kesulitan ekonomi dan penderitaan karena sakit penyakit.

Beban dan belas kasihan yang besar atas jiwa-jiwa inilah yang membawa hamba-hamba Tuhan dan gereja-gereja dari berbagai denominasi yang tergabung dalam Panitia Oikumene KKR dan Seminar ”Yesus Penyembuh” Kupang bekerja sama mengadakan KPPI di Kupang. Beberapa gereja tersebut diantaranya adalah: GBI Timor Raya (Pdt. Tommy R. Hanas), Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Gereja Bethel Injil Sepenuh (Pdt. David Ambesa), GBI Jemaat Bukit Sion (Pdt. Jefta Sombu), GBI Jemaat Rajawali (Pdm. Manus Daud Jonatan, STh), Gereja Kemah Injil Indonesia (Pdt. Yunus Laukapitang), GBI Kupang (Pdt. Benyamin Saleh), GBI Shekinah Glori (Pdt. John Hotan), GPdI Fatufeto dan GSJA Kupang (Pdt. Hendra Wong).



Bukanlah hal yang mudah untuk mempersiapkan KPPI di lapangan terbuka dengan kapasitas puluhan ribu jiwa. Ini merupakan suatu pertempuran rohani yang besar....



Persiapan-persiapan dilakukan oleh Tim KPPI Jakarta yang terdiri dari Pdt. Thomas Tony, Pdt. Christian Suharto dan Ev. Vera Indriani bersama tim Panitia Lokal. Diawali dengan mengadakan HMC (Healing Ministry Course) pada tanggal 5-6 Juni 2006 yang diikuti 211 peserta. Bukti kuasa Allah berlangsung di tengah-tengah mereka saat mereka mendoakan sesama murid yang sakit di akhir pengajaran. Sekitar 20 orang bersaksi telah disembuhkan dari berbagai penyakit seperti jantung, asma dan maag.



Tim KPPI bersama panitia setempat mempublikasikan KPPI dengan berbagai cara. Ribuan undangan disebarkan di halte bus, pasar-pasar, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah dan kendaraan-kendaraan umum. Spanduk dan poster KPPI ditempel di tempat-tempat strategis, bahkan juga di kendaraan-kendaraan umum. Acara KPPI juga disiarkan melalui stasiun Radio Kristen satu-satunya di Kupang, yaitu Radio Lizbeth FM. 98,4 (milik Abraham dan Elizabeth Manongga) ke segenap penjuru kota. Dengan menggunakan mobil Dinas Penerangan Kota Kupang yang dilengkapi loudspeaker, panitia berkeliling menyerukan tentang KPPI di jalan-jalan. Seluruh kota sedang dipersiapkan menyambut lawatan kuasa Allah melalui KPPI



Sorak Kemenangan Ribuan Orang

Di hari pertama, KPPI dibuka oleh Ketua Panitia, Pdt. Tommy R. Hanas dari GBI Timor Raya, dilanjutkan dengan pidato pembukaan dari Gubernur NTT yang dibacakan oleh Bpk. Umbu Saga, Kepala Badan Informasi dan Komunikasi NTT. Lapangan Polda Naikoten I dipenuhi dengan jiwa-jiwa yang lapar dan haus akan kuasa Allah yang mencapai jumlah sekitar 8000 orang. Yang juga istimewa adalah adanya barisan tentara puji-pujian yaitu koor anak-anak dan remaja berjumlah sekitar 100 orang yang dengan tanpa kenal lelah terus menyanyi di atas panggung dengan sungguh-sungguh dari awal sampai akhir kebaktian.



Di tengah pujian yang menarik hadirat Allah, mujizat kesembuhan telah terjadi, bahkan sebelum Firman Tuhan disampaikan. Pdt. Jacob Bernhard Sumbayak membawakan dari Markus 5:21-34 yang menyatakan bahwa untuk menerima kesembuhan kita harus beriman kepada Yesus. Ketika tiba pada acara doa kesembuhan, Susan Sumbayak terlebih dahulu memanggil orang-orang yang sakit pada bagian punggung dan pinggang untuk maju ke depan panggung. Ternyata ada sekitar 100 orang lebih yang maju! Kuasa Allah turun dan satu persatu disembuhkan. Hal ini membangkitkan iman semua yang hadir. Kemudian semua orang sakit berbondong-bondong maju ke depan. Berbagai mujizat pun terjadi dengan cepat. Sekitar 58 orang mengalami kesembuhan, diantaranya dari sakit pendarahan, tuli, patah tulang punggung karena kecelakaan, benjolan dan tumor hilang,...bahkan tangan yang bengkok sejak kecil menjadi lurus kembali! Sorak kemenangan dari ribuan orang terdengar malam itu.



Sebuah Pelajaran Iman

Keesokan harinya, berita tentang KPPI telah tersebar ke mana-mana, bahkan dimuat di surat kabar lokal, ”POS KUPANG”. Pagi itu Pdt. Jacob dan Susan Sumbayak juga diundang untuk berbicara dalam program ”Wanita Bijak” di Radio Lizbeth. Waktu siaran diperpanjang menjadi 2 jam karena banyaknya pemirsa yang berespon, bahkan ada 41 orang menelpon untuk didoakan atas berbagai sakit penyakit mereka. Pada waktu yang bersamaan juga berlangsung Seminar ”Bring the Fire to the Nations” yang berisi dua topik seminar: ”Bagaimana Membangun Jemaat yang Bertumbuh” dibawakan Pdt. Joseph Batubara dan ”Bagaimana Penginjilan yang Efektif” oleh Pdt. Yohanes Nugroho, keduanya dari Tim KPPI Jakarta. Sekitar 84 orang peserta seminar merasakan semangat dan komitmen pelayanan mereka diperbaharui dan dibakar kembali.



Hari kedua merupakan sebuah pertempuran sengit. Hujan sangat jarang turun di kota Kupang, namun sejak pagi hari gerimis telah turun. Cuaca tidak kunjung membaik sampai pada sore hari. Meskipun demikian jiwa-jiwa tetap berdatangan memenuhi lapangan. Di awal kebaktian, tiba-tiba gerimis yang turun berubah menjadi hujan yang cukup deras. Dalam kondisi seperti ini, seluruh hamba Tuhan, baik para murid HMC, panitia maupun tim paduan suara, semua beriman bahwa kebaktian akan terus berlangsung. Bahkan pemimpin pujian, Sdri. Yolanda Milla, menantang jemaat untuk tetap bertahan di tengah hujan mengikuti kebaktian. Mereka bergandengan tangan dan bersama seluruh jemaat berlutut berdoa dengan berurai air mata memohon agar hujan berhenti. Ketika listrik padam sehingga keyboard dan perlengkapan Sound System tidak berfungsi, maka suara nyaring dari tim paduan suara bersama pemimpin pujian terus terdengar memimpin jemaat menyanyikan lagu-lagu yang membangkitkan iman.



Sore itu menjadi satu pengujian iman di mana sebagian jemaat akhirnya memilih meninggalkan lapangan dan tersisa sekitar 3000 orang, termasuk orang-orang sakit dan para ibu dengan bayinya, yang menetapkan diri bertahan di tengah hujan. Iman mereka tidak sia-sia. Setelah hampir satu jam hujan turun tiba-tiba hujan berhenti total! Suara sorak-sorai kemenangan bergema. Listrik kembali hidup, peralatan Sound System mulai pulih, suara musik dan pemimpin pujian mulai terdengar. Malam itu sangat berkesan bagi semua yang hadir karena secara langsung menyaksikan kebesaran Allah menjawab iman dan doa mereka. Iman setiap orang melompat begitu tinggi mengatasi segala penghalang yang ada.



Firman Tuhan yang disampaikan Pdt. Jacob Sumbayak diterima dengan iman yang telah diperbaharui. Mujizat terjadi dengan cepat. Tak terhitung jumlah mereka yang mengalami kesembuhan bahkan sebelum didoakan. Bahkan setelah doa kesembuhan, berduyun-duyun orang maju ke panggung memberikan kesaksian atas kesembuhan mereka. Nyeri lambung, nyeri dada, jantung, sesak nafas, malaria, sakit lever, sakit ginjal, dan berbagai macam sakit penyakit disembuhkan Tuhan. Bahkan yang tuli mendengar, katarak melihat, dan yang lumpuh berjalan. Ini adalah mujizat!! Suatu pengajaran berharga tentang iman telah Allah berikan bagi anak-anakNya malam itu. Malam yang tak terlupakan....



Menuai Kemenangan

Kegiatan pada tanggal 17 Juni 2006 di pagi hari adalah Seminar dengan topik: ”Bagaimana Membangun Jemaat yang Menyembah Tuhan” oleh Pdt. Yohanes Nugroho dan ”Bagaimana Memiliki Jemaat yang Berkualitas Murid” oleh Pdt. Jacob B. Sumbayak. Banyak peserta seminar rindu untuk menjadi murid Kristus. Pada saat yang sama, Susan Sumbayak dan Ev. Dina mengisi acara ”Wanita Bijak” di radio Lizbeth. Sebanyak 43 orang penelepon meminta doa kesembuhan atas sakit penyakit mereka.



Mujizat-mujizat kesembuhan yang Tuhan kerjakan di hari kedua menjadi buah bibir di antara masyarakat sehingga menarik lebih banyak orang untuk datang, termasuk mereka yang memilih pulang karena hujan. Diperkirakan pada hari ke tiga ada 15.000 orang menghadiri KPPI !



Ibadah diawali dengan penutupan KPPI secara resmi, baik oleh panitia maupun oleh Walikota Kupang yang diwakili oleh Kepala Dinas Sosial kota Kupang. Malam itu setiap orang mengharapkan suatu lawatan Allah yang lebih besar dari hari-hari sebelumnya. Khotbah yang dibawakan oleh Pdt. Jacob B. Sumbayak diambil dari Matius 8: 16 - 18 tentang bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan Ibu mertua Petrus. Bagian orang percaya hanyalah datang dan percaya sepenuhnya kepada Yesus. Pemberitaan ini sederhana namun memberikan pembaharuan hati dan iman, sehingga banyak orang telah mengalami kesembuhan bahkan sebelum didoakan: Seseorang disembuhkan dari tangan yang kaku dan tidak bisa diangkat, seorang anak perempuan sembuh dari pusing di kepala karena kecelakaan dan seorang ibu yang sakit kusta dengan gejala kakinya kebas selama 3 tahun merasakan kesembuhan. Allah sungguh-sungguh menyatakan mujizatNya saat iman orang percaya dibangkitkan. Ketika tiba pada acara doa kesembuhan, tak terhitung jumlah orang sakit yang maju. Kuasa Allah sungguh tidak terbatas. Sebanyak 62 orang menyaksikan kesembuhannya dari berbagai macam sakit penyakit, diantaranya disembuhkan dari: kanker, sakit gondok, stroke, buta dan banyak lagi....



Apa yang telah terjadi selama 3 hari sungguh takkan terlupakan. Allah mengizinkan hamba-hambaNya memasuki suatu pertempuran yang besar untuk menuai kemenangan yang berlimpah-limpah karena telah dilatih untuk berjalan di dalam iman. Tim KPPI Jakarta dan Kupang telah bekerja keras, bersatu hati dan bersama-sama mengalami suatu pesta rohani yang penuh dengan lawatan Allah. Tidak ada sukacita yang lebih besar selain daripada melihat puluhan ribu jiwa menerima keselamatan dan kesembuhan di dalam Yesus...



Yesus Malole Neo Kupang (Yesus mengasihi Kupang). Haleluya.....Kupang penuh kemuliaanNya
Sumber : http://kppi.or.id/content/view/189/24/lang,1/

Selengkapnya....

Rabu, 10 Oktober 2007

Jamahan Sayidina Isa / Yesus yang Ajaib

Pada suatu hari saya harus mengantarkan seorang mitra usaha saya yang berkebangsaan Amerika, ke Kupang untuk bertemu dengan seorang yang di sekitar tahun 1973 pernah mati dan hidup kembali pada hari ke enam. Orang Amerika tersebut bernama Loduvicus Alexander suami dari kemenakan istri saya yang baru bertobat dan masuk sekolah Teologia Fuller di California, USA. Dia mendapat tugas dari sekolahnya untuk membuat dokumentasi dari orang yang pernah mati dan hidup kembali tersebut dan saya bertindak sebagai penerjemahnya. Pada tanggal 5 Mei 1993 kami berdua tiba di Kupang melalui Darwin, Australia.
Di Bandara, kami dijemput oleh Urias Bait, dosen Universitas Nusa Cendana Kupang dan seorang ibu bernama M.T. Nalle Octavianus seorang pengusaha kontraktor di Kupang yang selanjutnya mengantarkan kami ke Hotel Wisma Cendana Kupang.
Kami memberitahukan maksud kedatangan kami kepada mereka. Untuk maksud ini maka M.T. Nalle berusaha mencari informasi mengenai hal ihwal orang yang pernah mati dan hidup kembali tersebut. Setelah memperoleh informasi seperlunya, maka pada petang harinya M.T. Nalle disertai beberapa orang lainnya mengantarkan kami ke So’e untuk bertemu dengan salah seorang pendeta yang tertua di pulau Timor bagian barat (NTT) yang bernama pendeta Manuian yang diharapkan mengetahui hal ihwal orang yang pernah mati dan hidup kembali tersebut. Oleh pendeta Manuian disarankan agar kami kembali ke Kupang karena orang yang pernah mati tersebut adalah seorang perempuan yang bernama Silva Obed dan suaminya bernama Lazarus tinggal di kampung Amfoang yang hanya bisa dihubungi melalui jalan laut yaitu naik motor boat atau perahu layar dari Kupang. Jika naik motor boat minimal 2 jam lamanya diperjalanan. Maka pada malam hari itu kami kembali ke Kupang.
Mengingat L. Alexander tidak sanggup melakukan perjalanan melalui laut dengan motor boat atau perahu layar karena sering mabuk laut dan muntah-muntah maka kami merencanakan untuk mencari seorang yang mengetahui alamat Silva Obed agar menjemput Silva Obed dari kampung Amfoang dengan motor boat yang akan kami charter atau sewa. Esok harinya tanggal 6 Mei 1993, kami mendapatkan informasi dari G.J. Koamesah-Rondo, sahabat dari Urias Bait bahawa Silva Obed beserta suaminya sering singgah dirumah adiknya yang bernama Richard Rondo, yaitu pada waktu-waktu Silva Obed melakukan perjalanan melayani Tuhan di Kupang. Oleh sebab itu pada petang harinya rombongan kami datang mengunjungi rumah Richard Rondo di Bakunase yang terletak di pinggir kota Kupang dan kami diterima diruang depan yang telah dilapisi oleh tikar disamping adanya beberapa kursi. Kepada Richard Rondo kami jelaskan maksud kedatangan kami dan memohon bantuannya agar dia dapat menjemput Silva Obed beserta suaminya dengan motor boat sewaan yang biaya perjalanannya kami sediakan sejumlah Rp. 1,000,000 – (satu juta rupiah).
Richard Rondo merasa perlu untuk menceritakan peristiwa mujizat yang dialami oleh Silva Obed dan suaminya Lazarus pada sekitar tahun 1973. Keluarga Lazarus adalah petani miskin yang hanya hidup dari bercocok tanam. Pada suatu hari setelah mereka berdua selesai bekerja diladang dan hendak berangkat pulang ke rumahnya Silva Obed mendengar suara Tuhan yang berpesan bahwa ia akan mati pada keesokan harinya tetapi akan dipakai Tuhan untuk melayani orang-orang disekitarnya untuk memberitakan khabar keselamatan dan agar orang-orang tersebut bertobat karena sebagian besar dari mereka belum mengenal Tuhan. Oleh sebab itu jika Silva Obed mati maka ia tidak boleh dikuburkan dan merupakan tugas suaminya untuk hanya membaringkannya di bale-bale dan dijaga selama lima hari dengan berdoa terus-menerus. Ternyata Silva Obed benar-benar meninggal dunia pada keesokan harinya dan Lazarus segera melaporkan ke RT/RW mengenai suara yang hanya didengar oleh isterinya dan yang berpesan kepadanya untuk tidak dikuburkan bila ia mati karena ia akan dibangkitkan kembali pada hari ke enam.
Tentu saja peristiwa ini menggemparkan masyarakat Amfoang terlebih lagi setelah tiga hari dibaringkan di bale-bale dan suaminya terus-menerus berdoa disampingnya, tubuh Silva Obed mengeluarkan cairan yang sangat busuk baunya sehingga lurah memerintahkan kepada Lazarus untuk segera menguburkan Silva Obed istrinya itu agar tidak terjadi kehebohan di kampung Amfoang.
Walaupun lurah dan camat mendesak agar Silva Obed segera dikuburkan tetapi suaminya Lazarus tetap tidak mau melaksanakannya karena dia sudah berjanji kepada isterinya untuk melaksanakan pesan Tuhan sampai Silva Obed dibangkitkan pada hari ke enam. Akhirnya lurah dan camat dapat memahami sikap Lazarus, tetapi tetap memperingatkannya, kalau pada hari ke enam Silva Obed tidak hidup kembali harus dikuburkan. Ternyata pada hari ke empat cairan yang keluar dari tubuhnya mulai berhenti dan bau busuknya mulai berkurang dan pada hari ke lima keadaan tubuhnya sudah tidak basah lagi dan tidak lagi mengeluarkan bau busuk. Pada hari ke enam di pagi sekitar jam 04.00 waktu setempat terjadilah keajaiban dan mujizat yang menakjubkan Silva Obed bangkit dan hidup kembali sedangkan suaminya masih tertidur disamping bale-bale, yang menunggu dengan setia.
Akhirnya masyarakat turut kagum dan mengucap syukur atas peristiwa yang sungguh ajaib itu.
Sejak itu Silva Obed, walaupun buta huruf dapat memberitakan firman Tuhan sesuai Alkitab dalam bahasa asli daerah Timor dan melayani Tuhan, disertai suaminya menyiarkan berita keselamatan bagi penduduk sekitarnya sampai ke Kupang.
Kemudian lima tahun yang lalu, sekitar tahun 1988 Silva Obed beserta suaminya untuk pertama kalinya singgah di rumah Richard Rondo dan pada saat itulah putri dari Richard Rondo yang bernama Gloria Pricila menerima anugerah berupa karunia penglihatan, karunia pendengaran dan bahkan dapat memahami keseluruhan isi AlKitab walaupun anak perempuan tersebut baru berusia 11 tahun. Demikianlah cerita singkat yang disampaikan oleh Richard Rondo kepada kami tentang Silva Obed dan suaminya Lazarus dan anugerah karunia yang diterima putrinya Gloria Pricila.
Setelah itu Richard Rondo beserta seluruh keluarganya termasuk Gloria Pricila memohon diri kepada kami untuk melakukan doa di ruang dalam. Suara nyanyian pujian terdengar dari ruang dalam sampai ruang depan dimana kami berada. Dan untuk pertama kalinya saya baru mengetahui bahwa sebelum orang Kristen berdoa, mereka mengangkat lagu pujian terlebih dahulu. Setelah selesai berdoa Richard Rondo keluar dari ruang dalam diikuti seluruh keluarganya sambil berseru bahwa Roh Kudus akan mengarahkan Silva Obed dan suaminya berangkat dari Amfoang ke Kupang keesokan harinya. Tentu saja berita ini merupakan berita yang aneh bagi saya, lalu segera saya tanyakan kepada Richard Rondo apa yang dimaksudkannya dengan Roh Kudus yang akan mengarahkan mereka dari Amfoang ke Kupang dan siapa Roh Kudus itu? Kemudian Richard Rondo sekali lagi menjelaskan kepada saya bahwa melalui berita Tuhan yang diterima Gloria Pricila maka Roh Allah akan menggerakkan mereka untuk datang ke Kupang dan dijelaskan juga bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri.
Setelah dengar terheran-heran saya mendengarkan penjelasan Richard Rondo maka saya terjemahkan berita itu kepada L. Alexander dan diapun tertawa sambil berkata bahwa hal ini adalah peristiwa yang luar biasa karena walaupun tidak ada hubungan telepon tetapi berita yang begitu cepat telah dapat disampaikan melalui Roh Kudus.
Kemudian Richard Rondo memohon lagi untuk berdoa mengucap syukur karena Roh Kudus telah campur tangan menuntun Silva Obed dan suaminya untuk datang ke Kupang. Tetapi kali ini acara doa tidak dilakukan diruang dalam melainkan tetap dilakukan diruang depan, dimana kami semua berada. Karena mereka semua akan berdoa, sedangkan saya bukan orang Kristen maka saya bersiap-siap untuk keluar ruangan dan pandangan mata saya menuju ke luar yang ternyata hari sudah malam dan gelap. Pada waktu saya ragu-ragu untuk keluar karena di luar sangat gelap maka Richard Rondo menawarkan kepada saya untuk tinggal saja di ruangan itu dan duduk di ujung ruangan yang ada kursinya. Sayapun langsung duduk di kursi yang ada di sudut dan mengamati dengan tenang apa yang akan mereka lakukan dalam doa tersebut. Setelah itu Richard Rondo memulai memimpin doa syukur dengan terlebih dahulu mengangkat lagu-lagu pujian dan penyembahan. Baru saja Richard Rondo memulai dengan doanya maka sekonyong-konyong Gloria Pricila yang mempunyai karunia penglihatan dan pendengaran mengucapkan dengan lantang sambil memejamkan matanya dengan kepala tertunduk kebawah banyak malaikat turun ke ruangan itu bahkan ruangan itu hampir penuh dengan malaikat. Dengan adanya berita mengenai turunnya malaikat maka seluruh hadirin yang ada di situ menundukkan kepalanya dan satu orangpun tidak ada yang berbicara kecuali Gloria Pricila yang terus menyebutkan tentang kehadiran para malaikat.
Selanjutnya Gloria Pricila memberitahukan bahwa Yesus/Sayidina Isa telah datang dan berada di tengah-tengah mereka, kemudian seluruh hadiran secara serempak sujud dengan mukanya dirapatkan ke lantai tikar. Saya yang sejak tadi mengamati dan ikut mendengar semua ucapan Gloria Pricila sebenarnya takjub melihat semua yang terjadi dan saya terus melihat ke atas dan ke sekeliling ruangan dengan harapan saya dapat melihat Yesus dan para malaikatNya, tetapi saya tidak melihat apa-apa kecuali yang saya lihat hanyalah seluruh hadirin sujud dengan muka merapat ke lantai dan Gloria Pricila yang duduk dengan menundukkan kepalanya dan terus mengucapkan tentang kehadiran Yesus. Sementara itu Yesus menghampiri L. Alexander dan memberkatinya karena dia akan membuat dan menyusun dokumentasi mengenai kuasa Tuhan yang hidup yang dinyatakan melalui peristiwa ajaib yang dialami oleh Silva Obed agar orang-orang di Amerika tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasaNya sampai sekarang.
Setelah Yesus/Isa A.M. memberkati L. Alexander maka Yesus berjalan ke tengah-tengah ruangan kemudian melihat saya yang sedang duduk di sudut ruangan. Saya terkejut ketika Gloria Pricila menyebut nama saya, maka saya terus mengamati Glori Pricila yang tetap menundukkan kepalanya ke bawah dengan mengucapkan apa yang dilakukan oleh Yesus/Sayidina Isa a.s. Sambil memandang saya Yesus/Isa datang menghampiri saya dan berdiri di hadapan saya sedangkan saya tetap mengamati Gloria Pricila sambil sekali-sekali melihat ke sekeliling saya dengan harapan saya dapat melihat Baginda. Tetapi ternyata saya tetap tidak melihat apa-apa. Setelah Yesus/Sayidina Isa berdiri di hadapan saya maka Yesus/Sayidina Isa membuka telapak tangan kanan yang menunjukkan angka sepuluh, kemudian membuka telapak tangan kiri yang menunjukkan huruf tanda tanya yang besar. Sejenak Yesus/Isa A.M. memperhatikan telapak tangan kiri tersebut, kemudian Yesus menutup kembali telapak tangan kanan yang di susul dengan menutup telapak tangan kiri. Segera setelah telapak tangan kiri ditutup maka terasa ada benda yang jatuh di atas kepala saya sehingga saya berusaha menoleh ke atas untuk mengetahui apa gerangan yang terjatuh di atas kepala saya, tetapi ternyata saya tidak bisa menggerakkan kepala saya bahkan tangan saya yang ingin meraba kepala saya pun seolah-olah terikat tidak bisa bergerak. Kemudian benda yang terjatuh di atas kepala saya tersebut lambat laun terasa merupakan pegangan tangan yang mencengkeram kepala saya yang pegangannya makin lama makin keras sehingga mulai terasa sakit dan seolah-olah kuku jarinya di tekankan di kepala saya. Di saat itu saya mulai takut karena saya telah merasakan ada sentuhan dan pegangan yang dengan kuatnya mencengkeram kepala saya tetapi wujud tubuhnya sama sekali tidak kelihatan. Sementara itu Gloria Pricila tetap menyebutkan bahwa Yesus berdiri di hadapan saya. Saya mulai berfikir apa gerangan kehendak Yesus/Isa untuk menyakiti kepala saya. Kemudian terlintas di pikiran saya yaitu jika yang mencengkeram kepala saya hingga terasa sakit sekali ialah Yesus maka saya akan berserah diri kepada Yesus. Oleh sebab itu saya berbisik di dalam hati saya demikian: “Jika memang Engkau Yesus atau Sayidina Isa yang berdiri di hadapanku dan mencengkeram kepalaku hingga terasa sakit sekali ini maka aku akan menyerahkan diriku kepadaMu.” Segera setelah bisikan saya selesai saya ucapkan, maka saya merasakan bahwa cengkeraman tangan Yesus/Isa Al-Masih dilepaskan dan beban sakit pun hilang hingga perasaan lega pun timbul. Tetapi ternyata Yesus masih berdiri di hadapan saya dan sekali lagi membuka telapak tangan kanan yang menunjukkan angka sepuluh dan menyusul membuka lagi telapak tangan kiri yang tadinya menunjukkan huruf tanda tanya besar tetapi sekarang juga menunjukkan angka sepuluh, kemudian Yesus menumpangkan tanganNya ke atas kepala saya dan saya diberkati. Setelah itu, Yesus pergi dari ruangan itu di ikuti oleh seluruh malaikat.
Sementara itu saya menjadi gelisah karena memikirkan pernyataan saya yang berserah diri pada Yesus. Mengapa harus saya nyatakan demikian, padahal saya bukan orang Kristen, selain itu sayapun merasa telah mengkhianati agama saya sehingga keadaan saya pada saat itu disamping merasa lega karena dibebaskan dari cengkeraman tangan yang menyakitkan sekaligus berada dalam pikiran yang kacau balau.
Setelah seluruh malaikat meninggalkan ruangan itu maka para hadirin tidak lagi sujud tetapi kembali duduk seperti semula dan semua pandangan mata mereka tertuju pada saya, sedangkan Richard Rondo langsung bertanya kepada saya mengapa huruf tanda tanya yang besar di telapak tangan kiri berubah menjadi angka sepuluh. Pada saat itu saya sebenarnya berada dalam keadaan yang tertekan karena mempunyai perasaan bersalah sebagai telah mengkhianati agama saya(Islam). Saya pun langsung menanyakan kepada Richard Rondo tentang arti angka sepuluh yang dijawabnya bahwa angka sepuluh adalah angka yang tertinggi bagi orang Kristen. Kemudian saya pun menceritakan apa yang terjadi terhadap diri saya pada waktu Gloria Pricila menyebutkan bahwa Yesus/Isa A.M. menutupkan telapak tangan kiri. Dia tetap berdiri di hadapan saya, dan pada waktu itu terasa ada yang mencengkeram kepala saya sampai terasa sakit sekali yang baru dilepaskan dari cengkeraman tangan tersebut setelah saya mengucapkan dalam hati saya bahwa saya menyerahkan diri saya pada Yesus/Sayidina Isa. Dan dengan keterangan saya tersebut Richard Rondo berseru: “HALELUYA, Pak Purnama telah menerima Yesus.”
Langsung saya menjawab bahwa saya tidak menerima Yesus karena saya sendiri tidak begitu menyadari mengapa keluar dari hati sanubari saya ucapan bahwa saya berserah diri kepada Yesus/Isa A.M. dan ternyata pernyataan tersebut telah membebaskan saya dari cengkeramanNya yang dahsyat. Dalam keadaan perasaan yang gelisah saya minta agar kami segera pulang ke hotel karena saya merasa letih dan perlu istirahat.
Keesokan harinya sekitar jam empat pagi waktu setempat saya telah bangun dan bermaksud melakukan sembahyang subuh. Tetapi pada saat itu terlintas dalam ingatan saya peristiwa yang terjadi terhadap diri saya kemarin malam tentang bagaimana dahsyatnya tangan Yesus/Isa mencengkeram kepala saya dan masih terngiang-ngiang ucapan Richard Rondo bahwa saya telah menerima Yesus. Oleh sebab itu timbul perasaan takut kalau-kalau Yesus/Isa datang lagi sedangkan saya hanya seorang diri berada di kamar hotel. Setelah berfikir sejenak maka saya tetap berniat untuk melakukan sembahyang subuh dan langsung mencari sajadah saya (Tikar sembahyang dari bahan permadani) yang seingat saya, saya letakkan di atas kursi hotel. Tetapi sajadah tersebut setelah saya cari di kursi, kemudian dalam kopor dan dalam lemari pakaian ternyata tidak saya ketemukan. Menurut hemat saya tidak mungkin sajadah itu hilang begitu saja, tentunya ada orang yang menyembunyikannya. Pikiran saya segera tertuju kepada L. Alexander bahwa dialah yang menyembunyikan sajadah saya tersebut karena dia pernah mengatakan mengapa saya harus mencari arah kiblat terlebih dahulu sebelum melakukan sembahyang. Hal ini dikatakan pada waktu di Darwin ketika dia masuk ke kamar saya di hotel sewaktu saya sedang mencari arah kiblat dengan mempergunakan kompas. Dia juga mengatakan bahwa jika orang Kristen melakukan sembahyang atau berdoa mereka bebas menghadap kemana saja tidak terikat oleh suatu arah, oleh sebab itu dia merasa sedih melihat saya karena harus bersusah payah menentukan arah kiblat terlebih dahulu sebelum melakukan sembahyang. Perkataan L. Alexander tersebut sangat menyinggung perasaan saya dan langsung saya katakan kepadanya agar jangan sekali-kali menyinggung agama saya dan jika dia sekali lagi mengatakan hal yang demikian maka saya akan pulang ke Jakarta dan dia saya persilahkan mencari penerjemah lainnya.
Karena pengalaman itu saya telah mencurigai L. Alexander, maka saya segera keluar dari kamar saya dan menuju kamar L. Alexander yang letaknya tidak jauh dari kamar saya dan langsung mengetuk-ngetuk pintunya. Sambil terkejut dia terbangun dan bertanya “Mengapa membangunkan saya sepagi itu?” Kemudian saya bertanya apakah dia yang menyembunyikan sajadah saya dan dia menjawab bahwa sejak saya pernah marah karena pembicaraan arah kiblat, maka sejak itu dia tidak pernah lagi masuk ke kamar saya maupun mengambil sesuatu termasuk sajadah saya.
Oleh sebab itu sayapun segera melaporkan kepada reseptionist hotel dan mengajukan keluhan bahwa barang saya dikamar ada yang hilang. Kemudian reseptionist menanyakan kepada saya “..barang apakah yang hilang dari kamar anda?” Saya jawab bahwa sajadah saya hilang dari kamar. Lalu sambil menertawakan saya, reseptionist itu berkata bahwa dihotel ini tidak pernah terjadi peristiwa kehilangan uang ataupun barang lainnya dari kamar tamu apalagi sajadah yang tidak ada nilainya. Mendengar bahwa sajadah saya tidak ada nilainya, maka saya pun tersinggung lalu marah dan membentak reseptionist tersebut sambil berkata bahwa sajadah tersebut sangat tinggi nilainya karena dipergunakan untuk sembahyang. Melihat keadaan saya yang marah itu maka reseptionist tersebut segera meminta maaf dan berjanji akan mencarinya dengan jalan menanyakan seluruh karyawan yang bekerja di hotel tersebut. Dan ternyata setelah staf hotel mencarinya maka tidak seorangpun yang mengambil dan melihat sajadah saya.
Kemudian pada siang harinya kami datang kerumah Richard Rondo untuk menanyakan berita selanjutnya mengenai Silva Obed dan suaminya. Richard Rondo mengatakan bahwa telah diterima berita melalui Gloria Pricila bahwa pagi sewaktu Silva Obed dan suaminya bersiap-siap untuk berangkat dari kampung Amfoang ke Kupang mereka telah di tahan oleh keluarga yang anaknya sedang menderita sakit jiwa dan meminta agar Silva Obed menyembuhkan anaknya yang sedang sakit jiwa tersebut supaya dapat kembali waras. Oleh sebab itu kedatangan Silva Obed ke Kupang mengalami penundaan dan baru diharapkan sampai ke Kupang setelah beberapa hari kemudian.
Ketika saya memberitahukan kepada Richard Rondo bahwa saya telah kehilangan sajadah pada pagi ini, dia pun memberi komentar bahwa karena saya sudah menerima Yesus/Isa A.M. maka saya tidak perlu lagi sembahyang di atas sajadah tersebut oleh sebab itu saya pun tidak perlu memiliki sajadah. Justru komentar itu yang membuat saya gelisah dan keinginan yang begitu mendesak untuk mengetahui siapa Yesus/Sayidina Isa A.M.itu sebenarnya yang telah mencengkeram kepala saya dengan dahsyat.
Karena tertundanya kedatangan Silva Obed beserta suaminya ke Kupang, maka saya putuskan untuk segera pulang ke Jakarta dan memberitahukan L. Alexander agar tinggal saja di Kupang menunggu sampai tibanya Silva Obed dan suaminya sedangkan penerjemah sebagai ganti saya dapat dilakukan oleh Urias Bait Dosen dari Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah bersedia bertindak sebagai penerjemah. Tetapi karena perasaan solider terhadap saya maka kami sama-sama pulang ke Jakarta, tetapi kemudian L. Alexander pergi lagi ke Kupang setelah Silva Obed dan suaminya tiba di Kupang.
Segera setelah saya berada kembali di Jakarta, saya mulai mencari informasi untuk mengungkapkan siapa sebenarnya Yesus/Isa Al-Masih itu. Kepada teman-teman saya, saya ceritakan peristiwa terhadap diri saya di Kupang dan pada umumnya mereka mengatakan bahwa saya telah dijamah oleh setan-iblis bahkan ada yang menertawakan saya karena menurut kata mereka Yesus/Sayidina Isa A.M. adalah nabi Isa AS yang sudah lama meninggalkan Dunia.
Akhirnya saya memutuskan untuk menelitinya dari buku Al Quran dengan pemikiran bahwa jika di dalam buku Al Quran tidak dapat diungkapkan siapa sebenarnya Isa Al-Masih/Yesus itu maka yang menjamah saya memang setan-iblis tetapi, jika dari kitab Al Quran dapat diungkapkan siapakah Yesus/Sayidina Isa A.M. itu maka saya percaya dan yakin bahwa yang menjamah saya di Kupang pada waktu itu adalah benar-benar Yesus/Isa Al-Masih dan saya akan konsekwen berserah diri kepadaNya.
AYAT-AYAT AL QUR’AN YANG MENYELAMATKAN
Mulai dari tanggal 12 Mei 1993 saya mulai dengan intensif mempelajari buku Al Qur’an terjemahan Indonesia, terbitan PT. Sari Agung, tertanggal 2 Oktober 1991. Saya mempelajari Al Qur’an dengan ada terjemahan bahasa Indonesianya karena saya sendiri tidak menguasai bahasa Arab. Setelah lebih seminggu saya pelajari dengan intensif amak saya menemukan ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa Isa Putra Maryam diberkati dengan pelbagai mujizat. Oleh sebab itu, Dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra dan menghidupkan orang yang sudah mati.
Pada saat itu pula saya merasa sakit kepala dimana rasa sakitnya hampir menyamai rasa sakit pada waktu kepala saya dicengkeram oleh tangan Yesus/Sayidina Isa Al-Masih di Kupang. Maka saya segera berdoa dan memohon kepada Isa a.s. agar Dia menyembuhkan sakit kepala saya karena menurut saya Al Qur’an Dia dapat menyembuhkan penyakit yang lebih berat lagi yaitu lepra. Tetapi doa saya tidak terkabul karena rasa sakitnya masih tetap saja. Kemudian untuk kedua-kalinya saya berdoa dan rasa sakitnya tetap saja bahkan sakitnya lebih parah. Akhirnya saya berpikir mungkin cara berdoa saya yang salah dan terlintas dalam ingatan saya bahwa pada waktu di Kupang orang-orang Kristen berdoa dengan menyebut nama Yesus yaitu nama Sayidina Rabboni Isa Almasih. Oleh sebab itu untuk ketigakalinya saya berdoa tetapi sekarang dengan menyebut nama Yesus Kristus dan memohon kepadaNya untuk kesembuhan sakit kepala saya. Segera setelah ucapan doa saya selesai, maka sakit kepala saya terasa diangkat perlahan-lahan sehingga sakitnya pun hilang sama sekali dan terasa seluruh tubuh dipulihkan kembali sehingga menjadi segar bugar. Air mata saya berlinang karena saat itulah saya yakin bahwa nama Yesus itu adalah nama Dia yang hidup, yang telah mendengarkan doa saya.
Kemudian saya terus mempelajari ayat-ayat- Al Qur’an sampai saya menemukan ayat-ayat- Al Qur’an yang sangat menentukan bagi saya untuk menerima Yesus dan penelitian saya berakhir pada tanggal 28 Mei 1993 dengan diketemukannya ayat-ayat penting yang perlu saya ketahui antara lain ayat-ayat yang menyatakan:
- Al Qur’an adalah bagian dari Alkitab (Az Zukruf ayat 4)
- Al Qur’an membenarkan berlakunya Taurat dan Injil (surat-surat Al Baqarah, Ali Imraan, An Nisaa, dll)
- Al Qur’an ditujukan untuk bangsa Arab yang berbahasa Arab (Fushshilat ayat 3)
- Muhammad bukan penolong dan penyelamat melainkan seorang yang memberi peringatan (Az Zumar ayat 19. Al Baqaroh ayat 119)
- Atas perintah/firman Allah, Isa Almasih putra Maryam adalah orang yang paling atas kedudukannya di dunia dan akhirat. (Ali Imraan ayat 45)
- Umat Nasrani/Ahli Kitab yang beriman masuk syurga (Al Maidah ayat 65)
Kemudian setelah ditemukan ayat yang sangat menentukan bagi saya yaitu:
- Isa Almasih adalah petanda bagi kiamat, oleh sebab itu ikutlah dan taatlah kepada Isa Al-Masih karena inilah jalan yang lurus. (Az Zukhruf ayat 61 dan ayat 63),
Maka saya ambil keputusan bahwa yang menjamah saya di Kupang dengan dahsyat adalah Yesus/Sayidina Isa Al-Masih Oleh sebab itu saya konsekwen menerima Yesus dengan sukacita dan akhirnya telah dibaptis pada tanggal 30 Mei 1993. Adapun mengenai pengungkapan yang lebih terperinci mengenai Al Qur’an, Allah, Muhammad, Isa Almasih dan para pengikutnya (Umat Nasrani) dapat dilihat daripada rencana-rencana dan makalah-makalah yang ditampil di dalam Laman Web ini.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Mei 1993
Penyusun
Drs. A. Purnama W.

Selengkapnya....

Jejak-jejak Kaki TUHAN

So'e adalah ibukota dari kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), bagian Timor Barat provinsi Nusa Tenggara Timur. Keadaan alam kabupaten ini tidaklah baik, selain curah hujannya sangat minim dan sumber mata air yang sedikit mengakibatkan usaha pertanian dan perkebunan tidak dapat menghasilkan secara maksimal. Akibatnya, kebutuhan pangan masyarakat terancam tidak terpenuhi.
Tahun 1916, domi (pendeta) yang pertama tiba di Mollo, bernama Guedings yang datang untuk membaptis murid yang percaya kepada Yesus. Mulailah didirikan sekolah dan tempat ibadah, tetapi belum ada nama gerejanya pada waktu itu. Gereja di Kapan (sekarang bernama Ebenhezer), gereja di Nunkolo, gereja di So'e (sekarang bernama Maranatha) sama seperti nama gereja mula-mula berdiri.

Indische Kerk merupakan gereja yang berada di Indonesia pada tahun 1817. Masuknya Injil pertama kali ke TTS tidak dapat dipisahkan dari kedatangan kolonial Belanda. Di setiap tempat yang ditaklukan dan dikuasai oleh Belanda selalu didirikan sekolah-sekolah (Sekolah Rakyat /SR). Di bangku pendidikan SR, injil diberitakan dalam pendidikan agama Kristen. Sebelum proses belajar mengajar dimulai selalu di awali dengan ibadah, di mana mereka bernyanyi, berdoa, dan membaca Alkitab. Demikianlah Injil diberitakan dan pendidikan memiliki peranan yang menentukan. Dengan demikian akhirnya murid-murid menjadi pengikut Kristen. Tetapi ada juga yang hanya ikut-ikutan, namun sebagian masyarakat lainnya masih tetap memegang kepercayaan suku mereka.
Tahun 1918, domi kedua adalah seorang militer yang bernama Krayer Van Alts. Dengan latar belakang militer, dia memerintahkan dengan tegas kepada semua masyarakat Mollo tanpa kecuali untuk menyerahkan semua berhalanya untuk dihancurkan. Tidak ada yang membantah, tetapi ada juga yang berhasil meloloskan diri dan menyembunyikannya, lalu melanjutkan ritual kepercayaannya secara sembunyi-sembunyi.
Tahun 1920, dilakukan baptis massal untuk orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, rambut masyarakat pria di daerah tersebut yang masih berkonde juga dipangkas semuanya. Dengan bertambahnya jumlah jemaat dan gereja, maka dibutuhkan lebih banyak pengajar dan pemimpin jemaat. Maka Belanda membuka sekolah Guru Inji di So'e pada tahun 1936 bernama STOVIL (Sekolah dengan jenjang pendidikan enam tahun. Dua tahun untuk memperoleh ijazah guru jemaat dan tiga tahun untuk ijazah pendeta). Semua biaya STOVIL ditanggung oleh pemerintah Belanda. Salah seorang pemuda yang bernama Benyamin Manuain dan seorang seniornya yang bernama Yonathan M.E. Daniel mendaftarkan diri menjadi siswa STOVIL. Karena dorongan hatinya untuk menjadi pemimpin jemaat.

Masa penjajahan Jepang
Pada masa Perang Dunia II, Jepang memutuskan untuk menduduki Indonesia dengan tujuan mendapat dukungan untuk melawan sekutu nantinya. Gereja mengalami kesulitan keuangan karena sumber keuangan yang selama ini berasal dari Belanda tidak diberikan lagi karena kekuasaannya telah berakhir di Indonesia. Kadatangan Jepang sebagai saudara tua dengan menunjukkan sikap manis yang demikian hanya untuk mengambil simpati masyarakat agar Jepang mendapat dukungan. Ketika membutuhkan hiburan, mereka mengambil banyak gadis untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu mereka. Peristiwa traumatis yang dialami oleh gadis-gadis Indonesia, termasuk di Timor, meninggalkan bekas sampai sekarang. Kekejaman Jepang menumbuhkan sifat nasionalis yang kuat di dalam diri Benyamin Manuain seorang siswa STOVIL yang sedang mengajar di pulau Rote. Akhirnya pada tanggal 6 & 9 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah karena kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh Amerika Serikat.
Tahun 1946 Belanda kembali ke Indonesia, semua siswa STOVIL yang belum menyelesaikan sekolahnya dipanggil kembali untuk melanjutkan pendidikannya hingga selesai. Akhirnya Benyamin Manuain menyelesaikan studinya tahun 1948 dan ditempatkan di kampung Ofu oleh ketua Sinode GMIT yaitu Edward Durkstra (Belanda) untuk periode 1947-1950). Semangat yang menyala di dalam diri Benyamin membuat ia harus bertentangan dengan Durkstra karena ia tidak menginginkan semua bantuan dari Belanda di samping sebuah prinsip yang dipegangnya bahwa urusan gereja dan negara tidak boleh dicampur-adukan, tetapi sebaliknya harus dipisahkan. “Gereja harus mandiri” katanya. Beberapa saat kemudian, mimpi Benyamin menjadi kenyataan di mana sponsor dari Belanda untuk semua pelayanan jemaat di Timor dihentikan sehingga jemaat Tuhan dengan sendirinya harus mendanai. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gereja, maka jemaat belajar untuk membari lebih selain dari perpuluhan untuk meningkatkan persem-bahannya demi Kerajaan Allah, sehingga jemaat menjadi dewasa di dalam keuangan. Tahun 1960, Benyamin diangkat menjadi pemimpin jemaat di kota So'e yang sekarang menjadi gereja Maranatha. Beliau melayani jemaat yang berbahasa Indonesia, Sedangkan Yonathan melayani jemaat yang berbahasa daerah.
Pada masa kepemimpinan mereka, kebangunan rohani yang dahsyat terjadi. Kurt Koch mengatakan bahwa kegerakan Roh Kudus yang terjadi di TTS adalah kegerakan Roh Kudus yang tidak ada tandingannya dalam sejarah kebangunan rohani.

Kegerakan Kebangunan Rohani Besar
Jumlah umat Tuhan di TTS setelah Perang Dunia II melonjak pesat menjadi 80.000 jiwa. Hasil ini belum membuat Tuhan Yesus puas, karena Dia menghendaki supaya semuanya diselamatkan dan tak seorang pun yang binasa. Untuk melanjutkan karya keselamatan-Nya di TTS dengan melakukan kegerakan yang lebih besar lagi, Bapa di surga mengirimkan beberapa hamba-Nya untuk “mempersiapkan jalan” bagi-Nya. “Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran…” (Yes 40:3-4). Hamba-hamba Tuhan yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagiNya antara lain adalah Johanes Amos Ratuwalu, tim pelayanan dari YPPII Batu-Malang dan Mr. Chen.
Johanes Amos Ratuwalu, anak seorang pendeta yang bernama Joseph Ratuwalu. Tahun 1963 dari desa Sulamu, dipindahkan ke pulau Semau sebagai Kepala Sekolah Rakyat (saat itu J.A Ratuwalu berumur 32 tahun). Di daerah ini, Ratuwalu mengalami suatu pengalaman rohani yang membuat dirinya melayani Tuhan dan dikenal banyak orang. Suatu ketika dengan dorongan roh Kudus, dia berbicara kepada Tuhan, “Jika Tuhan ingin memakai saya, berikan tanda sebagai berikut, yaitu jikalah ada seorang buta yang meminta untuk didoakan, buatlah dia menjadi sembuh.” Dua tiga hari kemudian Tuhan jawab doanya. Kejadian ini mengubah pekerjaannya dari seorang guru menjadi pengajar Injil. Perjalanan pelayanan mereka selanjutnya selalu disertai dengan tanda-tanda berupa kesembuhan-kesembuhan ajaib yang terjadi. Pertama kali melayani di sekitar kota Kupang, selanjutnya hingga seluruh pelosok pulau Timor hingga ke seluruh NTT.
Pelayanan kesembuhan yang dilakukan telah berhasil menarik banyak orang untuk menghadiri kebaktian-kebaktian yang diadakan. Pernah suatu kali ketika dia melayani di pulau Alor di desa Apui, seorang yang mati dibangkitkan oleh Tuhan Yesus. Bapa di surga memakai gerakan kesembuhan itu untuk membawa banyak orang kepada pertobatan, tetapi akhirnya justru kesembuhan itu sendirilah yang lebih diutamakan dalam kotbah yang disampaikan oleh J.A Ratuwalu daripada pertobatan. Akhirnya “Gerakan Kesembuhan” J.A Ratuwalu harus berakhir karena wanita, uang dan kesombongan. Ratuwalu menceraikan istrinya dan menikah untuk kedua kalinya walaupun istri pertamanya masih hidup.
Kemudian didirikannyalah YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia) oleh Petrus Oktavianus, dalam setiap kotbah yang disampaikan oleh mereka menitikberatkan pada pertobatan, kekudusan dan pekerjaan Roh Kudus. Tema ini menimbulkan banyak pertanyaan lain dalam diri setiap orang yang hadir, yaitu “Mengapa di dalam GMIT, Roh Kudus tidak bekerja?” Beberapa saat kemudian, pertanyaan tersebut mendapatkan jawabannya ketika terjadi kebangunan rohani yang besar di TTS, yang akhirnya tercatat sebagai salah satu Kegerakan Rohani yang terbesar di dalam sejarah. Tetapi sayangnya banyak orang yang tidak mau menerimanya dan tidak mau mengakuinya. Firman Tuhan yang disampaikan dengan urapan Roh Kudus tersebut seperti mata bajak besi yang sedang “bekarja” mengolah tanah, mengeluarkan batu, menghancurkan tanah yang keras dan menjadikan lahan tersebut siap untuk ditanami benih unggul… benih ilahi yang hidup. Firman Tuhan yang hidup itu “menusuk” sangat dalam, pada setiap jemaat yang hadir sehingga mata hati mereka menjadi terang lalu menyadari dosa-dosanya. Banyak orang yang kemudian menjadi pengikut Yesus. Juga banyak le'u-le'u yang diserahkan untuk dibakar dalam setiap pelayanan mereka. Le'u-le'u adalah sejenis jimat. Pelayanan yang diurapi Roh Kudus selalu disertai oleh tanda-tanda ajaib/ mukjizat. (Mat 16:17-18) Penyertaan Roh Kudus di dalam pelayanan hamba Tuhan sangat penting, sebab tanpa-Nya mereka tidak memiliki kuasa untuk menjadi saksi Tuhan Yesus. Pelayanan ini mengubah hati setiap orang yang mendengarkannya.

Kegerakan itu Sudah Dimulai (26 September 1965)
Sesuatu yang positif berasal dari Tuhan mulai terjadi di kota So'e, di mana beberapa orang yang mengaku mendengar “suara” dan mendapat “penglihatan”, lalu menceritakannya kepada pemimpin jemaat dan orang-orang yang berada di sekeliling mereka. Berikut ini beberapa kejadian yang menggemparkan yang terjadi menjelang kebangunan rohani besar itu.
Sekitar bulan Juni-Agustus 1965, Benyamin Manuain yang sedang berkotbah tentang seorang Samaria yang mengambil air di sumur Yakub, kemudian bertemu dengan Tuhan Yesus dan mereka bercakap-cakap (Yoh 4:1-42). Sementara kotbah berlangsung seorang wanita tertawa sambil memandang ke depan, dan ternyata dia melihat gambar di tembok persis seperti apa yang dikotbahkan, yakni seorang Samaria yang sedang mengambil air kemudian bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Kejadian itu sangat aneh dan baru pertama kali terjadi. Sejak saat itu penduduk di sekitar daerah itu datang kepada pemimpin-pemimpin jemaat mereka mengaku bahwa mereka mendengar dan mendapat penglihatan, yang mana memerintahkan dan menghendaki mereka untuk menyerahkan le'u-le'u dan ikat pinggang yang mereka kenakan untuk diserahkan kepada pemimpin jemaat dan selanjutnya dibakar. Suara-suara yang mereka dengar itu mengetahui semua yang tersembunyi baik di dalam hati, perbuatan maupun pikiran mereka.
Puncak kegerakan itu terjadi pada saat kebaktian di gereja Maranatha pada tanggal 26 September 1965 yang dimulai sejak pukul 16.00 dan kemudian berakhir pada pukul 23.00 yang dipimpin oleh Pendeta Benyamin Manuain. Sore itu banyak sekali pemuda dan pemudi So'e yang hadir memenuhi ruang kebaktian. Mereka mendengarkan kesaksian seorang yang bernama Nahor Leo, dia menceritakan ketika dia tidur siang dan masih dalam keadaan terlelap, ia melihat ada seseorang yang mendatanginya. Orang itu menanyakan le'u-le'u yang disimpan oleh Nahor lalu memerintahkannya untuk dikeluarkan dan dibakar. Nahor menyangkalnya dengan mengatakan tidak ada, tapi terus didesak dan akhirnya ia mengeluarkan le'u-le'u tersebut yang disimpan di dalam sebuah peti. Kesaksian yang semula disampaikan dengan biasa-biasa saja oleh Nahor berkembang sesuai dengan pimpinan Roh Kudus menjadi suatu kebangunan rohani besar yang mengubah hidup banyak orang malam itu. Pernyataan nubuatan disampaikan dengan penuh urapan Roh Kudus. Akhirnya terjadilah suatu terobosan yang mencabut dan merubuhkan setiap kubu-kubu pertahanan di dalam pikiran manusia, kemudian menanam dan membangun di atas dasar yang baru, dasar yang kuat di mana alam maut tidak dapat menguasainya. Mereka telah mengakui dosanya dan dipulihkan oleh Tuhan. Di akhir kebaktian, Nahor mengundang mereka untuk menghadiri pertemuan yang akan diadakan keesokan harinya pada pukul 11.00 di tempat yang sama, karena Roh Kudus ada sesuatu yang ingin Tuhan sampaikan pada pertemuan kebaktian tanggal 27 September 1965. Pada keesokan harinya, diterima pernyataan bahwa semua orang harus hadir lagi pada tanggal 28 September, karena Tuhan akan menunjuk secara langsung orang-orang yang akan diutus untuk melayani ke tempat yang akan ditunjuk oleh Roh Kudus. Akhirnya terbentuklah “Tim Satu” kemudian Tim dua, Tim Tiga dan seterusnya hingga mencapai 75 tim, dengan anggota tim yang bervariasi antara 3 orang, 10 orang, hingga 20 orang. Semua yang tergabung dalam tim itu dipilih langsung oleh Roh Kudus.
Semua kejadian yang mereka alami selalu disampaikan pemimpin jemaat, tetapi sayang pemimpin jemaat pada saat itu tidak sempat mencatatnya, tetapi ada beberapa laporan yang masih sempat diingat.


Mujizat Yang Tuhan Lakukan
Ada beberapa laporan yang masuk, seperti:
1. Orang mati dibangkitkan.
Pada suatu kebaktian sedang dilakukan pengakuan iman rasuli dalam gereja yang sederhana, Nikodemus Nale tiba-tiba saja terjatuh dan langsung meninggal. Tetapi kejadian tersebut tidak diterima begitu saja oleh keluarganya. Menjelang pagi Nikodemus hidup kembali. Dalam kisah perjalanannya ke surga, dia melihat bahwa jalan-jalannya semua terbuat dari emas murni yang tembus pandang. Di “sana” tidak ada matahari dan bulan, tetapi terangnya melebihi benda-benda tersebut. Keadaan alamnya sangat indah dan tidak dapat dilukiskan. Setelah itu dia diperhadapkan pada seorang “Bapak” yang di atas kepala-Nya kelihatan seperti ada pelangi yang melingkarinya. “Bapak” tersebut ternyata membuka sebuah buku yang berisi tulisan mengenai dirinya dan ternyata berisi semua pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukannya sejak kecil. Nikodemus mengakui semuanya termasuk mencampur perak dari bahan lain, karena ia adalah seorang pengrajin perak. “Bapak” tersebut mengatakan, “Engkau harus kembali untuk memberitahukan kepada anak-anakmu untuk hidup di dalam kasih sebab kasih itulah yang terutama, karena KASIH MENUTUPI BANYAK PELANGGARAN.” Keesokan paginya Nikodemus benar-benar “kembali” dan hidup. Lalu ia segera memanggil anak-anaknya dan menyampaikan pesan dari Tuhan untuk percaya kepadaNya dan hidup di dalam kasih. Kejadian itu mengubah tujuan hidupnya.
Seorang anak yang berumur dua tahun meninggal, dia adalah seorang anak dari Pendeta Liunome. Tujuan dari hal ini adalah agar istri pendeta itu bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan serta mengizinkan suaminya untuk pergi pelayanan bersama-sama dengan tim doa. Selesai menyampaikan pesan kepada istri pendeta ini Nona Kaci (anggota tim doa) menyampaikan pesan Tuhan “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi dalam nama Yesus orang Nazaret itu bangkitlah!!” Secara perlahan, anak itu mulai menggerakkan tangannya, membuka matanya, menggerakkan kakinya dan kemudian meminta minum. Melihat hal itu istri pendeta terharu dan menangis.
Sejak kejadian itu, setiap kali ada orang yang mati. Maka hal itu tidak begitu saja diterima oleh pihak keluarga, tetapi dilaporkan kepada tim doa untuk didoakan dengan harapan untuk dihidupkan lagi. Jika setelah didoakan masih belum juga hidup, barulah jenazah tersebut di kuburkan.

2. Air menjadi anggur
Suatu hari Tuhan menyuruh Yakoba dan beberapa orang temannya untuk menyiapkan periuk tanah sebagai tempat penyimpanan air dan kemudian ditutup dengan kain putih. Tuhan menyuruh mereka untuk berdoa tiga hari tiga malam. Tuhan menyuruh mereka untuk menyediakan 12 botol untuk diisi penuh dan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang akan ditunjuk oleh Tuhan Yesus. Botol yang mereka isi dengan anggur tersebut tidak habis-habis. Setiap kali selesai perjamuan, botol anggur tersebut selalu terisi penuh kembali hingga berkelimpahan. Tahun 1968, air menjadi anggur itu terjadi kembali dengan cara yang sama.
Pada tanggal 24 juni 2000, Peristiwa air menjadi anggur kembali terjadi di kampung Aman. Dengan dipimpin oleh Ibu Liufeto, mereka bersama-sama mendoakan air supaya berubah menjadi anggur yang akan digunakan untuk perjamuan kudus. Memang saat itu anggur yang berada dan dijual di kota So'e adalah anggur yang memiliki kadar alkohol tinggi sehingga gereja tidak mempunyai pilihan lain selain dari membeli anggur tersebut untuk dipergunakan dalam Perjamuan Kudus. Tuhan menyatakan kemuliaanNya. Tuhan mengubah air menjadi anggur di So'e ialah selain untuk menyatakan kemuliaan-Nya, juga karena Tuhan tidak menginginkan umat-Nya di So'e menggunakan anggur yang mempunyai kadar alkohol tinggi dalam perjamuan Kudus di gereja dan ini adalah suatu dugaan yang masuk akal. Tuhan juga kemudian melakukan mujizat air menjadi anggur untuk yang ke 4-5 kalinya.

3. Panggilan melayani
Banyak sekali orang yang datang dan mengaku bahwa mereka diperintahkan Tuhan Yesus untuk pergi melayani bersama-sama dengan nama-nama yang didengarnya dari Tuhan. Lalu, terbentuklah sebuah tim doa dan mereka diberi nomor urut oleh Y.M.E Daniel.

4. Menyebrangi Sungai
Ketika dalam perjalanan pelayanan mereka harus melewati sebuah sungai yang sedang banjir, Tuhan Yesus memerintahkan untuk menyeberangi-nya saat itu juga. Saat mereka melakukannya banjir tersebut menjadi surut. Semakin mereka ke tengah, airnya semakin surut dan mereka akhirnya berhasil melewati sungai itu.

5. Tidak menjadi lapar
Ada kejadian aneh yang terjadi pada waktu tim doa melayani di kampung Babuin. Makanan yang didapat pada hari itu adalah jagung titi sebanyak dua liter yang dimakan oleh 58 orang, dan ajaibnya setelah dimakan dengan pengucapan syukur mereka tidak merasa lapar selama sehari penuh. Pernah suatu hari masih di kampung itu juga, mereka makan bersama pada siang hari dengan makanan yang ada cuma satu bokor kecil nasi untuk dimakan kira-kira 100 orang. Setelah dimakan dengan pengucapan syukur, masih ada sisa makanan dan semua orang yang hadir di tempat itu menjadi kenyang. Seperti mujizat yang Tuhan Yesus lakukan “Lima roti dan dua ikan.”

6. Berbicara dengan bahasa lain
Seorang bernama Mel Tari salah satu anggota tim doa. Ketika ia berada di Amerika, ia hadir dalam suatu pertemuan kebaktian di mana ia harus menceritakan tentang kasih Tuhan, orang yang akan menterjemahkan kesaksiannya ke dalam bahasa Inggris berhalangan hadir. Sementara sudah waktunya untuk ia berbicara. Tetapi hal itu tidak menjadi halangan bagi Tuhan untuk melakukan kehendakNya. Tuhan menyuruh-nya maju ke depan dan saat itulah Tuhan mulai mengatakan sesuatu dengan menyuruhnya untuk memulai dengan kata “ladies and gentleman” dan ia dengan lancar ia berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris seperti orang yang telah terbiasa melakukannya hingga selesai. Orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan bahwa bahasa Mel Tari sangat baik.
Mel Tari menuliskan bahwa pada masa kegerakan Tuhan itu telah terjadi 200.000 orang telah bertobat dan dimenangkan bagi Kerajaan Allah. Jumlah yang menyerahkan hidupnya pada Tuhan Yesus saat kegerakan itu terjadi sangat banyak sehingga seluruh TTS (95%-an) memeluk Kristen, kecuali daerah Boti dan beberapa desa di Amanuban Timur.

Mengapa Tuhan Melakukannya?
Jika terjadi kegerakan kebangunan rohani di so'e maka ada alasan yang kuat mengapa Tuhan melakukannya?
1. Mereka harus diselamatakan sebelum Gerakan 30 September (G30S) terjadi. Sebagain di antara mereka mungkin akan menjadi seperti seorang penjahat yang disalibkan di sebelah kanan Tuhan Yesus yang diselamatkan pada detik-detik terakhir.
2. Saat itu masih banyak anggota masyarakat luas di seluruh TTS yang masih belum beragama. Setelah G30S gagal, maka mereka akan dicurigai sebagai anggota komunis oleh pemerintah. Untuk menghindari pencarian dan penangkapan oleh petugas, maka banyak yang memutuskan untuk menjadi anggota gereja, tetapi tanpa disertai dengan pertobatan. Jumlah mereka sangat banyak. Karena itu mereka perlu untuk “ditolong”, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa “tempat pelarian” tersebut sebenarnya adalah tempat pelarian yang tepat, karena mereka akan bertemu dengan Tuhan Yesus yang adalah Juruselamat dunia.
3. Kondisi kesehatan masyarakat yang rentan terhadap berbagai macam penyakit, berhubung dengan kelaparan hebat yang sedang melanda mereka, sehingga mereka perlu disembuhkan. Jumlah mereka yang harus “diselamatkan” sangat banyak, dan tersebar luas di seluruh pelosok TTS. Karena itu, dibutuhkan banyak tim untuk pergi ke sana.

Pengaruh gerakan kebangunan rohani ini sangat terasa dengan banyaknya orang yang terlibat di dalamnya. Hampir semua kegiatan terhenti, maka So'e kelihatan juga seperti kota mati. Diadakah pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas keamanan, tetapi mereka tidak melihat tidak ada hal-hal yang melanggar hukum yang telah terjadi. Mereka didapati berbicara tentang pertobatan, pengakuan dosa, dan penyesalan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan. Mereka juga membakar le'u-le'u, membuang minuman keras dan menghancurkan botol-botolnya sehingga menurut polisi, mereka tidak bisa ditangkap karena ternyata mereka juga telah membantu polisi, dan perbuatan mereka sangat positif dan tidak melanggar hukum. Di So'e yang terdengar hanyalah perbuatan-perbuatan Tuhan yang dahsyat dan ajaib.

Dewan gereja di Timor telah mengakui bahwa kebangunan Rohani yang terjadi di So'e ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi mereka belum bisa menerima keberadaan tim doa dan mereka kelihatan berhati-hati untuk menerima tim doa, sehingga harus “menunggu buah roh” dari pelayanan tim doa. Waktu untuk “menunggu buah roh “ dihasilkan cukup lama, yaitu hingga 36 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2001 dimana keberadaan rim doa baru diterima di tingkat Sinode GMIT. Setelah 38 tahun kemudian, sejarah menceritakan bahwa kegerakan tersebut masih berlanjut hingga saat ini, sehingga tim doa melonjak menjadi 600 di seluruh NTT pada tahun 2002, dan menjadi 2000 tim doa pada tahun 2003.
Semua orang yang terlibat dalam kebangunan rohani di TTS adalah manusia biasa yang juga memiliki kelemahan. Tetapi, kelemahan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk menolak keberadaan kebangunan rohani yang telah terjadi. Saat ini 30 tahun sudah lewat, tetapi kegerakan rohani itu masih tetap ada dan setiap tahunnya pada tanggal 26 September selalu diperingati sebagai hari kebangunan rohani.

Semakin serupa dengan Kristus. Amin.

Dikutip : "Jejak-jejak Kaki TUHAN"
Penulis : Jermia Manu
Penerbit : Metanoia Juli 2004

Selengkapnya....