Rabu, 10 Oktober 2007

Jejak-jejak Kaki TUHAN

So'e adalah ibukota dari kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), bagian Timor Barat provinsi Nusa Tenggara Timur. Keadaan alam kabupaten ini tidaklah baik, selain curah hujannya sangat minim dan sumber mata air yang sedikit mengakibatkan usaha pertanian dan perkebunan tidak dapat menghasilkan secara maksimal. Akibatnya, kebutuhan pangan masyarakat terancam tidak terpenuhi.
Tahun 1916, domi (pendeta) yang pertama tiba di Mollo, bernama Guedings yang datang untuk membaptis murid yang percaya kepada Yesus. Mulailah didirikan sekolah dan tempat ibadah, tetapi belum ada nama gerejanya pada waktu itu. Gereja di Kapan (sekarang bernama Ebenhezer), gereja di Nunkolo, gereja di So'e (sekarang bernama Maranatha) sama seperti nama gereja mula-mula berdiri.

Indische Kerk merupakan gereja yang berada di Indonesia pada tahun 1817. Masuknya Injil pertama kali ke TTS tidak dapat dipisahkan dari kedatangan kolonial Belanda. Di setiap tempat yang ditaklukan dan dikuasai oleh Belanda selalu didirikan sekolah-sekolah (Sekolah Rakyat /SR). Di bangku pendidikan SR, injil diberitakan dalam pendidikan agama Kristen. Sebelum proses belajar mengajar dimulai selalu di awali dengan ibadah, di mana mereka bernyanyi, berdoa, dan membaca Alkitab. Demikianlah Injil diberitakan dan pendidikan memiliki peranan yang menentukan. Dengan demikian akhirnya murid-murid menjadi pengikut Kristen. Tetapi ada juga yang hanya ikut-ikutan, namun sebagian masyarakat lainnya masih tetap memegang kepercayaan suku mereka.
Tahun 1918, domi kedua adalah seorang militer yang bernama Krayer Van Alts. Dengan latar belakang militer, dia memerintahkan dengan tegas kepada semua masyarakat Mollo tanpa kecuali untuk menyerahkan semua berhalanya untuk dihancurkan. Tidak ada yang membantah, tetapi ada juga yang berhasil meloloskan diri dan menyembunyikannya, lalu melanjutkan ritual kepercayaannya secara sembunyi-sembunyi.
Tahun 1920, dilakukan baptis massal untuk orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, rambut masyarakat pria di daerah tersebut yang masih berkonde juga dipangkas semuanya. Dengan bertambahnya jumlah jemaat dan gereja, maka dibutuhkan lebih banyak pengajar dan pemimpin jemaat. Maka Belanda membuka sekolah Guru Inji di So'e pada tahun 1936 bernama STOVIL (Sekolah dengan jenjang pendidikan enam tahun. Dua tahun untuk memperoleh ijazah guru jemaat dan tiga tahun untuk ijazah pendeta). Semua biaya STOVIL ditanggung oleh pemerintah Belanda. Salah seorang pemuda yang bernama Benyamin Manuain dan seorang seniornya yang bernama Yonathan M.E. Daniel mendaftarkan diri menjadi siswa STOVIL. Karena dorongan hatinya untuk menjadi pemimpin jemaat.

Masa penjajahan Jepang
Pada masa Perang Dunia II, Jepang memutuskan untuk menduduki Indonesia dengan tujuan mendapat dukungan untuk melawan sekutu nantinya. Gereja mengalami kesulitan keuangan karena sumber keuangan yang selama ini berasal dari Belanda tidak diberikan lagi karena kekuasaannya telah berakhir di Indonesia. Kadatangan Jepang sebagai saudara tua dengan menunjukkan sikap manis yang demikian hanya untuk mengambil simpati masyarakat agar Jepang mendapat dukungan. Ketika membutuhkan hiburan, mereka mengambil banyak gadis untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu mereka. Peristiwa traumatis yang dialami oleh gadis-gadis Indonesia, termasuk di Timor, meninggalkan bekas sampai sekarang. Kekejaman Jepang menumbuhkan sifat nasionalis yang kuat di dalam diri Benyamin Manuain seorang siswa STOVIL yang sedang mengajar di pulau Rote. Akhirnya pada tanggal 6 & 9 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah karena kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh Amerika Serikat.
Tahun 1946 Belanda kembali ke Indonesia, semua siswa STOVIL yang belum menyelesaikan sekolahnya dipanggil kembali untuk melanjutkan pendidikannya hingga selesai. Akhirnya Benyamin Manuain menyelesaikan studinya tahun 1948 dan ditempatkan di kampung Ofu oleh ketua Sinode GMIT yaitu Edward Durkstra (Belanda) untuk periode 1947-1950). Semangat yang menyala di dalam diri Benyamin membuat ia harus bertentangan dengan Durkstra karena ia tidak menginginkan semua bantuan dari Belanda di samping sebuah prinsip yang dipegangnya bahwa urusan gereja dan negara tidak boleh dicampur-adukan, tetapi sebaliknya harus dipisahkan. “Gereja harus mandiri” katanya. Beberapa saat kemudian, mimpi Benyamin menjadi kenyataan di mana sponsor dari Belanda untuk semua pelayanan jemaat di Timor dihentikan sehingga jemaat Tuhan dengan sendirinya harus mendanai. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gereja, maka jemaat belajar untuk membari lebih selain dari perpuluhan untuk meningkatkan persem-bahannya demi Kerajaan Allah, sehingga jemaat menjadi dewasa di dalam keuangan. Tahun 1960, Benyamin diangkat menjadi pemimpin jemaat di kota So'e yang sekarang menjadi gereja Maranatha. Beliau melayani jemaat yang berbahasa Indonesia, Sedangkan Yonathan melayani jemaat yang berbahasa daerah.
Pada masa kepemimpinan mereka, kebangunan rohani yang dahsyat terjadi. Kurt Koch mengatakan bahwa kegerakan Roh Kudus yang terjadi di TTS adalah kegerakan Roh Kudus yang tidak ada tandingannya dalam sejarah kebangunan rohani.

Kegerakan Kebangunan Rohani Besar
Jumlah umat Tuhan di TTS setelah Perang Dunia II melonjak pesat menjadi 80.000 jiwa. Hasil ini belum membuat Tuhan Yesus puas, karena Dia menghendaki supaya semuanya diselamatkan dan tak seorang pun yang binasa. Untuk melanjutkan karya keselamatan-Nya di TTS dengan melakukan kegerakan yang lebih besar lagi, Bapa di surga mengirimkan beberapa hamba-Nya untuk “mempersiapkan jalan” bagi-Nya. “Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran…” (Yes 40:3-4). Hamba-hamba Tuhan yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagiNya antara lain adalah Johanes Amos Ratuwalu, tim pelayanan dari YPPII Batu-Malang dan Mr. Chen.
Johanes Amos Ratuwalu, anak seorang pendeta yang bernama Joseph Ratuwalu. Tahun 1963 dari desa Sulamu, dipindahkan ke pulau Semau sebagai Kepala Sekolah Rakyat (saat itu J.A Ratuwalu berumur 32 tahun). Di daerah ini, Ratuwalu mengalami suatu pengalaman rohani yang membuat dirinya melayani Tuhan dan dikenal banyak orang. Suatu ketika dengan dorongan roh Kudus, dia berbicara kepada Tuhan, “Jika Tuhan ingin memakai saya, berikan tanda sebagai berikut, yaitu jikalah ada seorang buta yang meminta untuk didoakan, buatlah dia menjadi sembuh.” Dua tiga hari kemudian Tuhan jawab doanya. Kejadian ini mengubah pekerjaannya dari seorang guru menjadi pengajar Injil. Perjalanan pelayanan mereka selanjutnya selalu disertai dengan tanda-tanda berupa kesembuhan-kesembuhan ajaib yang terjadi. Pertama kali melayani di sekitar kota Kupang, selanjutnya hingga seluruh pelosok pulau Timor hingga ke seluruh NTT.
Pelayanan kesembuhan yang dilakukan telah berhasil menarik banyak orang untuk menghadiri kebaktian-kebaktian yang diadakan. Pernah suatu kali ketika dia melayani di pulau Alor di desa Apui, seorang yang mati dibangkitkan oleh Tuhan Yesus. Bapa di surga memakai gerakan kesembuhan itu untuk membawa banyak orang kepada pertobatan, tetapi akhirnya justru kesembuhan itu sendirilah yang lebih diutamakan dalam kotbah yang disampaikan oleh J.A Ratuwalu daripada pertobatan. Akhirnya “Gerakan Kesembuhan” J.A Ratuwalu harus berakhir karena wanita, uang dan kesombongan. Ratuwalu menceraikan istrinya dan menikah untuk kedua kalinya walaupun istri pertamanya masih hidup.
Kemudian didirikannyalah YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia) oleh Petrus Oktavianus, dalam setiap kotbah yang disampaikan oleh mereka menitikberatkan pada pertobatan, kekudusan dan pekerjaan Roh Kudus. Tema ini menimbulkan banyak pertanyaan lain dalam diri setiap orang yang hadir, yaitu “Mengapa di dalam GMIT, Roh Kudus tidak bekerja?” Beberapa saat kemudian, pertanyaan tersebut mendapatkan jawabannya ketika terjadi kebangunan rohani yang besar di TTS, yang akhirnya tercatat sebagai salah satu Kegerakan Rohani yang terbesar di dalam sejarah. Tetapi sayangnya banyak orang yang tidak mau menerimanya dan tidak mau mengakuinya. Firman Tuhan yang disampaikan dengan urapan Roh Kudus tersebut seperti mata bajak besi yang sedang “bekarja” mengolah tanah, mengeluarkan batu, menghancurkan tanah yang keras dan menjadikan lahan tersebut siap untuk ditanami benih unggul… benih ilahi yang hidup. Firman Tuhan yang hidup itu “menusuk” sangat dalam, pada setiap jemaat yang hadir sehingga mata hati mereka menjadi terang lalu menyadari dosa-dosanya. Banyak orang yang kemudian menjadi pengikut Yesus. Juga banyak le'u-le'u yang diserahkan untuk dibakar dalam setiap pelayanan mereka. Le'u-le'u adalah sejenis jimat. Pelayanan yang diurapi Roh Kudus selalu disertai oleh tanda-tanda ajaib/ mukjizat. (Mat 16:17-18) Penyertaan Roh Kudus di dalam pelayanan hamba Tuhan sangat penting, sebab tanpa-Nya mereka tidak memiliki kuasa untuk menjadi saksi Tuhan Yesus. Pelayanan ini mengubah hati setiap orang yang mendengarkannya.

Kegerakan itu Sudah Dimulai (26 September 1965)
Sesuatu yang positif berasal dari Tuhan mulai terjadi di kota So'e, di mana beberapa orang yang mengaku mendengar “suara” dan mendapat “penglihatan”, lalu menceritakannya kepada pemimpin jemaat dan orang-orang yang berada di sekeliling mereka. Berikut ini beberapa kejadian yang menggemparkan yang terjadi menjelang kebangunan rohani besar itu.
Sekitar bulan Juni-Agustus 1965, Benyamin Manuain yang sedang berkotbah tentang seorang Samaria yang mengambil air di sumur Yakub, kemudian bertemu dengan Tuhan Yesus dan mereka bercakap-cakap (Yoh 4:1-42). Sementara kotbah berlangsung seorang wanita tertawa sambil memandang ke depan, dan ternyata dia melihat gambar di tembok persis seperti apa yang dikotbahkan, yakni seorang Samaria yang sedang mengambil air kemudian bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Kejadian itu sangat aneh dan baru pertama kali terjadi. Sejak saat itu penduduk di sekitar daerah itu datang kepada pemimpin-pemimpin jemaat mereka mengaku bahwa mereka mendengar dan mendapat penglihatan, yang mana memerintahkan dan menghendaki mereka untuk menyerahkan le'u-le'u dan ikat pinggang yang mereka kenakan untuk diserahkan kepada pemimpin jemaat dan selanjutnya dibakar. Suara-suara yang mereka dengar itu mengetahui semua yang tersembunyi baik di dalam hati, perbuatan maupun pikiran mereka.
Puncak kegerakan itu terjadi pada saat kebaktian di gereja Maranatha pada tanggal 26 September 1965 yang dimulai sejak pukul 16.00 dan kemudian berakhir pada pukul 23.00 yang dipimpin oleh Pendeta Benyamin Manuain. Sore itu banyak sekali pemuda dan pemudi So'e yang hadir memenuhi ruang kebaktian. Mereka mendengarkan kesaksian seorang yang bernama Nahor Leo, dia menceritakan ketika dia tidur siang dan masih dalam keadaan terlelap, ia melihat ada seseorang yang mendatanginya. Orang itu menanyakan le'u-le'u yang disimpan oleh Nahor lalu memerintahkannya untuk dikeluarkan dan dibakar. Nahor menyangkalnya dengan mengatakan tidak ada, tapi terus didesak dan akhirnya ia mengeluarkan le'u-le'u tersebut yang disimpan di dalam sebuah peti. Kesaksian yang semula disampaikan dengan biasa-biasa saja oleh Nahor berkembang sesuai dengan pimpinan Roh Kudus menjadi suatu kebangunan rohani besar yang mengubah hidup banyak orang malam itu. Pernyataan nubuatan disampaikan dengan penuh urapan Roh Kudus. Akhirnya terjadilah suatu terobosan yang mencabut dan merubuhkan setiap kubu-kubu pertahanan di dalam pikiran manusia, kemudian menanam dan membangun di atas dasar yang baru, dasar yang kuat di mana alam maut tidak dapat menguasainya. Mereka telah mengakui dosanya dan dipulihkan oleh Tuhan. Di akhir kebaktian, Nahor mengundang mereka untuk menghadiri pertemuan yang akan diadakan keesokan harinya pada pukul 11.00 di tempat yang sama, karena Roh Kudus ada sesuatu yang ingin Tuhan sampaikan pada pertemuan kebaktian tanggal 27 September 1965. Pada keesokan harinya, diterima pernyataan bahwa semua orang harus hadir lagi pada tanggal 28 September, karena Tuhan akan menunjuk secara langsung orang-orang yang akan diutus untuk melayani ke tempat yang akan ditunjuk oleh Roh Kudus. Akhirnya terbentuklah “Tim Satu” kemudian Tim dua, Tim Tiga dan seterusnya hingga mencapai 75 tim, dengan anggota tim yang bervariasi antara 3 orang, 10 orang, hingga 20 orang. Semua yang tergabung dalam tim itu dipilih langsung oleh Roh Kudus.
Semua kejadian yang mereka alami selalu disampaikan pemimpin jemaat, tetapi sayang pemimpin jemaat pada saat itu tidak sempat mencatatnya, tetapi ada beberapa laporan yang masih sempat diingat.


Mujizat Yang Tuhan Lakukan
Ada beberapa laporan yang masuk, seperti:
1. Orang mati dibangkitkan.
Pada suatu kebaktian sedang dilakukan pengakuan iman rasuli dalam gereja yang sederhana, Nikodemus Nale tiba-tiba saja terjatuh dan langsung meninggal. Tetapi kejadian tersebut tidak diterima begitu saja oleh keluarganya. Menjelang pagi Nikodemus hidup kembali. Dalam kisah perjalanannya ke surga, dia melihat bahwa jalan-jalannya semua terbuat dari emas murni yang tembus pandang. Di “sana” tidak ada matahari dan bulan, tetapi terangnya melebihi benda-benda tersebut. Keadaan alamnya sangat indah dan tidak dapat dilukiskan. Setelah itu dia diperhadapkan pada seorang “Bapak” yang di atas kepala-Nya kelihatan seperti ada pelangi yang melingkarinya. “Bapak” tersebut ternyata membuka sebuah buku yang berisi tulisan mengenai dirinya dan ternyata berisi semua pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukannya sejak kecil. Nikodemus mengakui semuanya termasuk mencampur perak dari bahan lain, karena ia adalah seorang pengrajin perak. “Bapak” tersebut mengatakan, “Engkau harus kembali untuk memberitahukan kepada anak-anakmu untuk hidup di dalam kasih sebab kasih itulah yang terutama, karena KASIH MENUTUPI BANYAK PELANGGARAN.” Keesokan paginya Nikodemus benar-benar “kembali” dan hidup. Lalu ia segera memanggil anak-anaknya dan menyampaikan pesan dari Tuhan untuk percaya kepadaNya dan hidup di dalam kasih. Kejadian itu mengubah tujuan hidupnya.
Seorang anak yang berumur dua tahun meninggal, dia adalah seorang anak dari Pendeta Liunome. Tujuan dari hal ini adalah agar istri pendeta itu bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan serta mengizinkan suaminya untuk pergi pelayanan bersama-sama dengan tim doa. Selesai menyampaikan pesan kepada istri pendeta ini Nona Kaci (anggota tim doa) menyampaikan pesan Tuhan “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi dalam nama Yesus orang Nazaret itu bangkitlah!!” Secara perlahan, anak itu mulai menggerakkan tangannya, membuka matanya, menggerakkan kakinya dan kemudian meminta minum. Melihat hal itu istri pendeta terharu dan menangis.
Sejak kejadian itu, setiap kali ada orang yang mati. Maka hal itu tidak begitu saja diterima oleh pihak keluarga, tetapi dilaporkan kepada tim doa untuk didoakan dengan harapan untuk dihidupkan lagi. Jika setelah didoakan masih belum juga hidup, barulah jenazah tersebut di kuburkan.

2. Air menjadi anggur
Suatu hari Tuhan menyuruh Yakoba dan beberapa orang temannya untuk menyiapkan periuk tanah sebagai tempat penyimpanan air dan kemudian ditutup dengan kain putih. Tuhan menyuruh mereka untuk berdoa tiga hari tiga malam. Tuhan menyuruh mereka untuk menyediakan 12 botol untuk diisi penuh dan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang akan ditunjuk oleh Tuhan Yesus. Botol yang mereka isi dengan anggur tersebut tidak habis-habis. Setiap kali selesai perjamuan, botol anggur tersebut selalu terisi penuh kembali hingga berkelimpahan. Tahun 1968, air menjadi anggur itu terjadi kembali dengan cara yang sama.
Pada tanggal 24 juni 2000, Peristiwa air menjadi anggur kembali terjadi di kampung Aman. Dengan dipimpin oleh Ibu Liufeto, mereka bersama-sama mendoakan air supaya berubah menjadi anggur yang akan digunakan untuk perjamuan kudus. Memang saat itu anggur yang berada dan dijual di kota So'e adalah anggur yang memiliki kadar alkohol tinggi sehingga gereja tidak mempunyai pilihan lain selain dari membeli anggur tersebut untuk dipergunakan dalam Perjamuan Kudus. Tuhan menyatakan kemuliaanNya. Tuhan mengubah air menjadi anggur di So'e ialah selain untuk menyatakan kemuliaan-Nya, juga karena Tuhan tidak menginginkan umat-Nya di So'e menggunakan anggur yang mempunyai kadar alkohol tinggi dalam perjamuan Kudus di gereja dan ini adalah suatu dugaan yang masuk akal. Tuhan juga kemudian melakukan mujizat air menjadi anggur untuk yang ke 4-5 kalinya.

3. Panggilan melayani
Banyak sekali orang yang datang dan mengaku bahwa mereka diperintahkan Tuhan Yesus untuk pergi melayani bersama-sama dengan nama-nama yang didengarnya dari Tuhan. Lalu, terbentuklah sebuah tim doa dan mereka diberi nomor urut oleh Y.M.E Daniel.

4. Menyebrangi Sungai
Ketika dalam perjalanan pelayanan mereka harus melewati sebuah sungai yang sedang banjir, Tuhan Yesus memerintahkan untuk menyeberangi-nya saat itu juga. Saat mereka melakukannya banjir tersebut menjadi surut. Semakin mereka ke tengah, airnya semakin surut dan mereka akhirnya berhasil melewati sungai itu.

5. Tidak menjadi lapar
Ada kejadian aneh yang terjadi pada waktu tim doa melayani di kampung Babuin. Makanan yang didapat pada hari itu adalah jagung titi sebanyak dua liter yang dimakan oleh 58 orang, dan ajaibnya setelah dimakan dengan pengucapan syukur mereka tidak merasa lapar selama sehari penuh. Pernah suatu hari masih di kampung itu juga, mereka makan bersama pada siang hari dengan makanan yang ada cuma satu bokor kecil nasi untuk dimakan kira-kira 100 orang. Setelah dimakan dengan pengucapan syukur, masih ada sisa makanan dan semua orang yang hadir di tempat itu menjadi kenyang. Seperti mujizat yang Tuhan Yesus lakukan “Lima roti dan dua ikan.”

6. Berbicara dengan bahasa lain
Seorang bernama Mel Tari salah satu anggota tim doa. Ketika ia berada di Amerika, ia hadir dalam suatu pertemuan kebaktian di mana ia harus menceritakan tentang kasih Tuhan, orang yang akan menterjemahkan kesaksiannya ke dalam bahasa Inggris berhalangan hadir. Sementara sudah waktunya untuk ia berbicara. Tetapi hal itu tidak menjadi halangan bagi Tuhan untuk melakukan kehendakNya. Tuhan menyuruh-nya maju ke depan dan saat itulah Tuhan mulai mengatakan sesuatu dengan menyuruhnya untuk memulai dengan kata “ladies and gentleman” dan ia dengan lancar ia berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris seperti orang yang telah terbiasa melakukannya hingga selesai. Orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan bahwa bahasa Mel Tari sangat baik.
Mel Tari menuliskan bahwa pada masa kegerakan Tuhan itu telah terjadi 200.000 orang telah bertobat dan dimenangkan bagi Kerajaan Allah. Jumlah yang menyerahkan hidupnya pada Tuhan Yesus saat kegerakan itu terjadi sangat banyak sehingga seluruh TTS (95%-an) memeluk Kristen, kecuali daerah Boti dan beberapa desa di Amanuban Timur.

Mengapa Tuhan Melakukannya?
Jika terjadi kegerakan kebangunan rohani di so'e maka ada alasan yang kuat mengapa Tuhan melakukannya?
1. Mereka harus diselamatakan sebelum Gerakan 30 September (G30S) terjadi. Sebagain di antara mereka mungkin akan menjadi seperti seorang penjahat yang disalibkan di sebelah kanan Tuhan Yesus yang diselamatkan pada detik-detik terakhir.
2. Saat itu masih banyak anggota masyarakat luas di seluruh TTS yang masih belum beragama. Setelah G30S gagal, maka mereka akan dicurigai sebagai anggota komunis oleh pemerintah. Untuk menghindari pencarian dan penangkapan oleh petugas, maka banyak yang memutuskan untuk menjadi anggota gereja, tetapi tanpa disertai dengan pertobatan. Jumlah mereka sangat banyak. Karena itu mereka perlu untuk “ditolong”, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa “tempat pelarian” tersebut sebenarnya adalah tempat pelarian yang tepat, karena mereka akan bertemu dengan Tuhan Yesus yang adalah Juruselamat dunia.
3. Kondisi kesehatan masyarakat yang rentan terhadap berbagai macam penyakit, berhubung dengan kelaparan hebat yang sedang melanda mereka, sehingga mereka perlu disembuhkan. Jumlah mereka yang harus “diselamatkan” sangat banyak, dan tersebar luas di seluruh pelosok TTS. Karena itu, dibutuhkan banyak tim untuk pergi ke sana.

Pengaruh gerakan kebangunan rohani ini sangat terasa dengan banyaknya orang yang terlibat di dalamnya. Hampir semua kegiatan terhenti, maka So'e kelihatan juga seperti kota mati. Diadakah pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas keamanan, tetapi mereka tidak melihat tidak ada hal-hal yang melanggar hukum yang telah terjadi. Mereka didapati berbicara tentang pertobatan, pengakuan dosa, dan penyesalan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan. Mereka juga membakar le'u-le'u, membuang minuman keras dan menghancurkan botol-botolnya sehingga menurut polisi, mereka tidak bisa ditangkap karena ternyata mereka juga telah membantu polisi, dan perbuatan mereka sangat positif dan tidak melanggar hukum. Di So'e yang terdengar hanyalah perbuatan-perbuatan Tuhan yang dahsyat dan ajaib.

Dewan gereja di Timor telah mengakui bahwa kebangunan Rohani yang terjadi di So'e ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi mereka belum bisa menerima keberadaan tim doa dan mereka kelihatan berhati-hati untuk menerima tim doa, sehingga harus “menunggu buah roh” dari pelayanan tim doa. Waktu untuk “menunggu buah roh “ dihasilkan cukup lama, yaitu hingga 36 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2001 dimana keberadaan rim doa baru diterima di tingkat Sinode GMIT. Setelah 38 tahun kemudian, sejarah menceritakan bahwa kegerakan tersebut masih berlanjut hingga saat ini, sehingga tim doa melonjak menjadi 600 di seluruh NTT pada tahun 2002, dan menjadi 2000 tim doa pada tahun 2003.
Semua orang yang terlibat dalam kebangunan rohani di TTS adalah manusia biasa yang juga memiliki kelemahan. Tetapi, kelemahan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk menolak keberadaan kebangunan rohani yang telah terjadi. Saat ini 30 tahun sudah lewat, tetapi kegerakan rohani itu masih tetap ada dan setiap tahunnya pada tanggal 26 September selalu diperingati sebagai hari kebangunan rohani.

Semakin serupa dengan Kristus. Amin.

Dikutip : "Jejak-jejak Kaki TUHAN"
Penulis : Jermia Manu
Penerbit : Metanoia Juli 2004

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya. Mengundang main ke blog aku, 'Klik Saya' ya.

Salam kenal,
GBU